Selasa, 09 Desember 2014

YESUS MEMPROSESKU SAMPAI TITIK NOL DALAM HIDUPKU (24)

  • Di masa-masa sulitku, aku mulai ragu-ragu juga. Apa benar, ya ... suara yang aku dengar waktu aku harus memilih wilayah kerjaku adalah suaraNya? Tapi kenyataannya kenapa justru di Krian, aku gak pernah bikin akta, ya ... ???
  • Aku curhat sama Yesus. Dia menanyaiku ... tempo hari sebelum milih wilayah kerja, sudah doa belum ? Sudah, Yesus. Dia bertanya lagi ... trus doanya sama siapa ? Ya, sama Yesus. Dan jawabNya ... ya, sudah.
  • Lah, aku cuma dikasih jawaban yang singkat, padat dan jelas. Hehehe ... Tapi justru jawabanNya itu membangkitkan kembali iman percayaku kepadaNya. Ooo ... ternyata masa-masa kesulitanku ini juga terjadi atas sepengetahuan dan seijin Yesus. Dan aku memilih untuk mengambil pelajaran postifnya saja, ya. 
  • Kalau di masa kecilku, aku pernah mengalami rasanya jadi orang bodoh dan sakit-sakitan dan hasilnya aku jadi bisa berempati terhadap mereka dalam doa, sekarang giliran Yesus sedang mengajariku pengalaman gak punya uang supaya aku juga bisa berempati dengan mereka yang berkekurangan.
  • Aku juga belajar mencukupkan diri dalam kekuranganku. Dan belajar berpikir dan bertindak kreatif bersama Yesus. Ternyata ... gak punya uang, bukan akhir dari segalanya, loh ... Zuueerr ...
  • Di masa-masa kesesakanku, aku memilih tetap melayaniNya dengan berkhotbah di atas mimbar gereja. Lumayan, nih ... kalau aku diundang berkhotbah, aku masih bisa dapat pemasukan lewat pelayananku ... begitu pikirku.
  • Tapi apa yang terjadi ??? Ayah yang menemaniku, memutuskan mengembalikan amplop persembahan dari pihak gereja yang mengundangku. Please, ayah ... aku butuh suntikan dana segar, nih ... hehehe ...
  • Ayah bilang, kalo mau fokusku tetap melayaniNya, jangan gabungkan urusan rohani dengan materi. Toh, aku juga bukan full timer yang memang berhak menerima upahku lewat pelayanan. Bukankah Yesus sudah menjadikanku sebagai Notaris dan PPAT untuk memenuhi kebutuhan materiku ... ???
  • Iya juga, sih ... akhirnya setiap mempersiapkan bahan khotbah, fokusku jadi gak sama materi yang bakal aku terima, tapi betul-betul fokus sama pelayanan kepadaNya. Terima kasih, ayah ... padahal aku sempat protes juga, tuh, hehehe ...
  • Si pengusaha perkebunan masih terus berusaha mengubah keputusanku walau gak  berani menghubungiku secara langsung. Karena prinsipku, gak ada lagi pembicaraan tentang aku dan dia selama dia belum bisa menerima pribadi Yesus.
  • Yesus ... aku tetap manusia yang gak sempurna. Aku percaya, hanya karena kasihMu yang sempurna saja, yang sanggup membuatku menolak tawaran kelimpahan materi justru pada saat aku mengalami kekurangan materi.  
  • Dan di saat-saat paling krisis dalam hidupku juga, aku memilih menolak menguruskan surat-surat berharga jutaan rupiah karena bisa berakibat merugikan sesamaku di kemudian hari.   
  • Yesus ... Aku tau, ujian kesulitan ekonomiku telah kulewati dan sejak saat itu, aku gak pernah lagi mengalami yang namanya kekurangan ekonomi.  Aku menang, bukannya karena aku mampu, melainkan aku mau menjalani masa-masa sulit itu bersama Yesus.
  • Aku mau masuk dalam proses pembentukan karakterMu untuk terus disempurnakan, sehingga pada saatnya nanti, aku menjadi sempurna ... sama seperti Bapa di surga yang adalah sempurna. Amin.

YESUS MEMPROSESKU DALAM PADANG GURUN PENCOBAAN (23)

  • Waktu akhirnya aku memilih Krian sebagai wilayah kerja notarisku, aku pikir gak apa-apa hawanya panas dan jauh dari keluarga, yang penting aku bisa bikin akta, nih seperti yang Yesus janjikan. Tapi kenyataannya, gak sama sekali, loh ... Oow ...
  • Di awal-awal kerjaku, justru gak ada klien yang datang buat akta atau menguruskan surat-surat melalui aku. Lah ... mampir ke kantorku aja, gak ada.
  • Selama ini aku gak pernah tau dan merasakan apa yang namanya kesulitan keuangan. Walaupun aku bukan berasal dari keluarga yang berkelimpahan materi, tapi kalau untuk memenuhi kebutuhan hidupku saja dan keinginanku yang gak neko-neko, pasti selalu ada dan tersedia. 
  • Tapi aku menolak berhutang. Karena dalam Amsal 22:7b dituliskan " ... yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi." Berarti kedudukan kita lebih rendah dari sesama kita, dunk. Dan aku gak mau jadi budak ... karena aku orang yang merdeka di dalam Kristus. Haleluyah.
  • Aku bersyukur karena Yesus memberiku keluarga yang mengasihiku. Mereka selalu siap membantuku bahkan menawarkan tempat di kota masing-masing kalau memang aku berencana pindah dari Krian. 
  • Bahkan Yesus juga memberiku seorang sahabat sejak aku kuliah notariat yang kemudian sama-sama diangkat jadi notaris. Karena waktu itu sahabatku menjadi salah seorang pengurus daerah Ikatan Notaris Indonesia, dia jadi tau persis wilayah mana saja yang diperkirakan berprospek bagus karena belum ada Notaris dan PPAT-nya. Dan dia menawariku buat menyiapkan kantornya.
  • Bahkan di masa-masa info hukum terbaru masih sulit didapat karena sosial media belum berkembang seperti sekarang, sahabatku juga yang memberiku fasilitas setiap ada seminar Notaris dan PPAT yang diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia. Poko'e aku tinggal berangkat saja karena semua sudah dia urus. 
  • Biaya seminarnya juga gak murah, ooii ... Lah, wong, setiap seminar diadakan di hotel berbintang, je ... dan kalo perlu mengundang presiden untuk membuka acaranya. Acaranya para Notaris dan PPAT se-Indonesia, gitu, loh .... Hehehe ...
  • Padahal kalo dipikir-pikir gak ada untungnya dia bersahabat denganku. Lah, wong, dia juga lulusan cum laude dari salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia. Malahan justru aku yang sering konsultasi kasus-kasus hukum rumit dengannya. Dia juga gak seiman denganku.
  • Tapi memang, ya ... kalo Yesus sendiri yang sudah menjamah hati manusia, gak ada lagi yang namanya hitung-hitungan untung rugi dalam bersahabat. 
    • Aku merasa sangat kaya karena memiliki orang-orang yang menyayangiku dan begitu peduli denganku. Maafkan aku, ya ... kalo aku tetap memilih bertahan di Krian. 
    • Aku percaya, rancanganNya buatku adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadaku hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Haleluyah.

    Minggu, 12 Oktober 2014

    YESUS IKUT MENENTUKAN PASANGAN HIDUPKU (22)

    • Seseorang ingin pedekate denganku. 
    • Dia seorang pengusaha perkebunan, terutama kelapa sawit, karet dan coklat. Berasal dari keluarga yang sangat miskin dan sejak usia 6 tahun sudah melatih jiwa bisnisnya dengan berjualan ikan asin di pasar. Walaahh ... waktu umurku segitu, sih, paling-paling lagi mainan boneka dan masak-masakan di rumah, hehehe ...
    • Selama ini aku menolak pedekate dengan orang yang beda iman, kecuali kalo untuk berteman ... aku gak membatasi pergaulanku dengan siapapun juga. 
    • Karena aku memandang seseorang secara utuh dari pribadinya, terlepas dari segala apa yang jadi miliknya, termasuk penampilan menarik, kekayaan maupun status sosialnya di tengah masyarakat. Bagiku dalam bergaul, yang penting kita bisa saling menghargai dan gak cuma mau memanfaatkan terus, loh, ya ... Bisa capeee, deh ...
    • Jadinya aku sih, cuek, aja ... waktu akhirnya tau, dia pernah terdaftar sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia.
    • Kenapa harus minder ... ??? Aku, toh, anakNya Bapa di sorga yang maha kaya. Bumi dan segala isinya ini milikNya juga, jeee ... Hehehe ...  pede abis, daahh .... 
    • Sebetulnya yang membuatku tertarik, di samping sikap uletnya itu, adalah karena dia memperkenalkan diri dengan nama yang sama seperti nama salah seorang tokoh dalam Alkitab. Yang disayangi Yesus pula, hmmm ...
    • Aku salah karena telah menilai seseorang dari namanya. Bukankah banyak juga dari mereka yang punya nama tokoh Alkitab tapi hatinya justru menjauh sekaligus menyangkal dan bikin malu Yesus dengan segala tindakan kriminal mereka ... ???
    • Aku bersyukur karena punya Yesus yang selalu aku ikut sertakan dalam menjalani pedekate-ku. Karena kalau Yesus sendiri yang sudah ikut campur tangan di dalamnya, gak ada satupun yang bisa disembunyikan dari kita, terutama hubungan pribadinya dengan Yesus
    • Gak pake lama, waktu akhirnya keluar juga pengakuannya kalau sebenarnya dia sudah punya kepercayaan lain dan percayaku pada Yesus gak bisa dipaksakan kepadanya.
    • Yesus sendiri yang kemudian memutuskan untuk segera mengakhiri pedekate tersebut. Aku gak boleh terus bersamanya. CaraNya dengan sengaja mengambil damai sejahteraNya daripadaku. 
    • Waduuhhh ... rasanya kacau balau banget, dah ... waktu damai sejahtera itu sempat diambil dariku. Mending gak punya uang sama sekali atau sekarat hampir mati dibanding harus kehilangan damai sejahteraNya. Rasanya seperti hidup segan, matipun gak mau, loh ...Zuueerrr ...
    • Cuma sekitar 1,5 bulan pedekate dengannya, ketika aku memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan hubungan tersebut. Karena kami memang beda iman dan aku gak mau memaksakan imanku padanya. Bukankah memang kepercayaan itu gak bisa dipaksakan, tapi kudu dijalani dengan penuh keikhlasan ??? Ceilee ...
    • Lalu dia menawariku kerja sama untuk ikut serta mengurusi berbagai perusahaannya, khususnya di bagian prosedur hukumnya. 
    • Aku tolak, dengan pertimbangan gak adanya kesamaan pola pikir dan pola tindak antara aku dengan orang yang sudah jelas-jelas menolak Yesus. (Padahal kalau dipikir-pikir, lumayan juga'kan, ya ... daripada susah payah cari klien, hehehe ...).
    • Dan ... akhir kisahnya ... aku diteror 3 tahun lamanya ... Alamaaakkk ... 
    • Bersyukurlah aku punya Yesus, karena gak ada satupun yang dapat dilakukan manusia terhadapku tanpa seijinNya. Aku aman dalam penyertaan dan perlindunganNya yang sempurna. Haleluyah ...

    Jumat, 05 September 2014

    YESUS MENGAJARIKU KEMBALI KEHILANGAN SEORANG YANG KUSAYANGI (21)

      • Selain ayah dan ibu, aku punya seorang paman yang kusayangi.
      • Sejak kami masih kanak-kanak, pamanlah yang selalu mengantar jemput kami pulang pergi sekolah. Ssst ... sampai aku duduk di bangku kuliah Sarjana Hukum-pun, kalo ada jadwal kuliah malam hari, paman yang antar jemput aku, loh ... padahal letak kampus persis di belakang rumahku ... Hadeeeuuhhh .... 
      • Paman juga bodyguard kami terhadap berbagai macam ancaman gangguan dari teman-teman cowok yang nakal. Huahahaha ... 
      • Bagi para pengganggu, silakan pilih, dah ... mau pakai cara halus (ibu yang maju lebih dulu dengan keahlian diplomasinya menghadap kepala sekolah) atau ... mau pakai cara kasar (paman yang akan langsung bertindak di lapangan). Wow ... Intinya, kami amat sangat dilindungi oleh keluarga.
      • Paman tinggi besar dan berkulit gelap, ooiii ... Paman juga senang memangkas cepak rambutnya. Itu, loh ... seperti potongan rambutnya para aparat keamanan. Aku tidak pernah takut pergi bersama paman kemanapun dan kapanpun juga. Preman jaman sekarang juga bakalan mikir-mikir, dah ... kalo mau ngadepin paman. Apalagi cuma teman sekolahku yang masih unyuk-unyuk. 
      • Paman juga ahlinya dalam berbagai hal ... pertukangan ... perkebunan ... permobilan ... sampai jago masak, loh ... Aku suka nasi goreng buatan paman. Hmmm ... lezaaatttt ...
      • Aku belajar arti 'kasih' sesungguhnya dari seorang paman yang sangat sederhana. Pendidikannya memang gak tinggi dan dia cuma bisa duduk di kursi jemaat setiap beribadah di hari minggu. Tapi paman memilih melayani dengan langsung banyak berbuat kasih di tengah keluarga dan lingkungan sekitarnya. 
      • Bahkan paman memaksa tetap mengantarku memenuhi undangan khotbah di saat dokter sudah memvonisnya menderita kanker hati (sirosis) dan hanya sanggup bertahan hidup beberapa bulan saja.
      • Aku tau persis rasanya kehilangan seorang yang aku sayangi sejak aku kehilangan ibu. Dan aku gak mau kehilangan paman. Yesus ... terus terang waktu itu, dalam doa, aku membujukMu bahkan memaksaMu terus menerus buat menyembuhkan paman. Paman harus sembuh ... paman gak boleh pergi dariku.
      • Aku lupa ... mujizat itu miliknya Yesus ... Terserah Dia mau memberikan kepada siapa ... di mana dan kapan waktunya. Memang ada yang mendapatkan mujizat kesembuhan, tapi ada juga yang harus berpulang. Itu sudah menjadi rahasiaNya. Yang pasti, keputusanNya selalu tepat buat masing-masing kita. 
      • Tapi kalo kita mau tetap punya tubuh sehat sampai saatnya kita pulang kembali padaNya, ya ... itu sudah jadi bagian kita dengan terus berjuang menjalankan pola hidup dan pola makan yang sehat sepanjang hidup kita.
      • Akhirnya memang aku harus tunduk pada keputusanNya. Aku gak boleh egois. Sudah sekian lamanya, aku hidup bersama paman, mendapatkan limpahan kasih, perhatian dan perlindungannya. Sekarang sudah saatnya Paman kembali kepada Yesus. Aku harus relakan Paman. 
      • Dan ... lagi-lagi, sama seperti ibu, pamanpun harus berpulang karena pola hidup dan pola makan yang salah. Sudah amat sangat terlambat baginya untuk memperbaiki diri dari awal. Organ-organ dalam tubuhnya sudah terlanjur rusak. Memang penyesalan seringkali selalu datang terlambat ketika semuanya sudah tidak bisa diperbaiki lagi.
      • Bahkan sampai saat-saat akhir hidupnya, paman selalu menasehati teman-temannya untuk tidak meniru kebiasaan buruknya selama ini.
      • Ketika kita dihadapkan kenyataan kalo seorang yang kita kasihi menderita sakit yang bisa berujung kepada kematiannya, seringkali kita cuma fokus berjuang bagi kesembuhannya saja tapi lupa mempersiapkan yang bersangkutan, untuk kembali pulang kepangkuanNya.
      • Bagi kita anak-anakNya, berpulang bukanlah sesuatu yang menakutkan. Lah ... wong, jelas tujuan akhirnya pulang kembali ke rumah Bapa di sorga, kok ... Kenapa harus takut ... ??? Cuma memang orang-orang yang mau ditinggalkan ini yang seringkali masih gak rela.
      • Berjuang bagi kesembuhan orang yang kita sayangi memang penting, tapi terlebih penting mempersiapkannya untuk bertemu kembali dengan Yesus di sorga. " ... TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN !" (Ayub 1: 21).

      YESUS MENGAJARIKU PEDULI SEBAGAI WARGANEGARA (20)

      • Berburu dengan waktu gak berhenti sampai di situ saja. 
      • Aku harus mengikuti penelitian khusus (litsus) di Surabaya sebagai salah satu syarat pengangkatan notaris. Penelitian dibagi 2 tahap, yaitu tahap tertulis dan lisan (wawancara) dalam waktu berbeda.
      • Pada tahap tertulis, kami dibagikan lembar-lembar soalnya. Waduuuhhh ... Pas aku baca, langsung puyeng mendadak, ooii ... Lah, semua pertanyaannya tentang berbagai peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia,  je ... Gak pake dijelasin kronologinya lagi, cuma dicantumkan tempat dan tanggal peristiwa. Gak ada pilihan jawaban, tapi disuruh menjelaskan sendiri pendapatku tentang peristiwa tersebut. 
      • Lah ... gimana mau jelasin, kalo peristiwa tentang apa juga aku gak tau. Waduuuhhh ... gak bisa main tebak-tebakan, nih ...
      • Maklum ... selama ini kalo koran datang setiap hari, yang aku baca cuma berita hiburannya, jeee .... Bagiku peristiwa yang terjadi di tengah-tengah bangsa ini bukan urusanku, 'kan sudah ada pemerintah? Ngapain repot-repot ngikutin ??? Hehehe ... kena batunya sekarang ...
      • Akhirnya semua pertanyaannya, aku jawab gak tau aja, dah ... (karena memang benar-benar gak tau). Pengawasnya kaget begitu melihat lembar jawabanku kosong gak terisi. Dia langsung memvonis, kalo aku sudah gagal total di penelitian tertulis. 
      • Harapanku satu-satunya cuma pada penelitian lisan (wawancara) saja dan harus berhasil 100% atau silakan siap-siap saja buat makalah yang nanti ditentukan sama tim penelitinya. Dan itu berarti butuh tambahan waktu lagi. Padahal aku lagi dikejar-kejar batas waktu buat melengkapi berkas pengangkatanku.
      • Yesus ... ampuni aku, ya ... Selama ini memang aku sudah bersalah dengan sikap masa bodohku. Bukankah firmanMu juga berkata " ... dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29 : 7b). Kelangsungan bangsa dan negara ini juga terletak di tangan anak-anakMu yang mau mengambil bagian dalam doa, walau gak terlibat secara langsung dalam menjalankan roda pemerintahan.
      • Waktu yang cuma tersisa beberapa hari sebelum tahap wawancara, aku pergunakan belajar dari buku-buku lamaku semasa kuliah dan SMA dulu. 
      • Akhirnya datang juga hari penentuan itu. Dan ... tingkat kesulitannya sama saja seperti penelitian tertulis tempo hari. Malahan sekarang ditambah lagi beban harus benar semua jawabannya. 
      • Tapi emang gak percuma mengandalkan Yesus, loh ... Dia gak cuma ahli di bidang kerohanian saja, tapi di bidang ketatanegaraanpun .... Dia ahlinya, dah ... 
      • Semua pertanyaan dari penguji, bisa aku jawab dengan hikmat dari Yesus. Dia ingatkan kembali bahan-bahan pelajaran yang sudah aku pelajari dan ditanyakan oleh penguji. Malahan ada satu pertanyaan sulit yang hampir gak bisa aku jawab, Yesus jelaskan hubungan sebab akibatnya sekaligus dasar-dasar hukumnya seperti ditulis dalam sebuah layar besar yang bisa aku baca di alam pikiranku.
      • Hasilnya ... penguji sangat puas dengan setiap jawabanku dan di akhir wawancaranya, dia sempatkan berdiri sambil menyalami aku ... selamat ... selamat ... Dan ... akhirnya ... sukseslah aku mengirimkan hasil litsusku ke departemen kehakiman sebelum batas akhir waktunya. Terima kasih, Yesus ...





       

      Senin, 11 Agustus 2014

      YESUS MEMPERSIAPKAN PENGANGKATANKU SEBAGAI NOTARIS (19)

      • Waktu itu perekonomian negara lagi kacau balau. Pemasukan kantor bosku juga mulai kembang kempis karena banyaknya orang asing meninggalkan Indonesia, termasuk para klien bosku. PHK karyawan gak terhindarkan lagi, dah ... termasuk aku.  
      • Waktu luangku sebagai pengangguran, aku pergunakan buat mempersiapkan surat-surat sebagai syarat kelengkapan pengangkatan Notaris. Padahal juga aku belum tau, tuh ... kapan diangkatnya. Karena setauku selama ini, prosesnya bisa bertahun-tahun dan besar kecilnya dana juga tergantung dari wilayah penempatannya. Seorang teman yang waktu itu sudah jadi notaris di Kertosono, mengaku mengeluarkan dana Rp.75 juta rupiah untuk proses pengangkatannya.
      • Baru saja aku menyelesaikan kelengkapan surat-surat yang diperlukan dan istirahat sebentar di Malang sebelum akhirnya cari kerja lagi, eh .... tau-tau surat pengangkatan notarisku keluar dalam waktu beberapa bulan saja dan cukup mengeluarkan dana Rp.200 ribu rupiah saja buat pemasukan kas negara.     
      • Hore ... akhirnya aku jadi notaris juga. Makasih, Yesus ... ini emang mujizatMu, nih ... Aku gak nyangka bakal secepat ini prosesnya dan gak pake mahal biayanya. Untungnya lagi umurku sudah memenuhi syarat pengangkatan sebagai Notaris (tapi kalo pengangkatanku sebagai PPAT, sich ... nyaris gak terjaring, tuh ... hehehe ...). Ini dia ... kecil-kecil jadi pejabat umum. Piiizzz ...
      • Sejak SK (Surat Keputusan)-nya turun, aku harus segera cari kantor karena ada batas waktunya kalo gak mau SK-nya gugur. Waduuuhhh ...  
      • Tapi Yesus emang oke punya, dah ... Waktu aku ambil SK di Departemen Kehakiman RI, Yesus sengaja pertemukan aku dengan seorang teman yang mertuanya punya tempat di Krian. Letaknya di pinggir jalan raya, di daerah perbankan dan dulunya juga pernah ditempati salah satu bank di sana.
        • Bukankah Yesus sangat bertanggung jawab dengan pilihanNya, yaa .... ??? Dan bersama Yesus, gak ada yang terjadi secara kebetulan, yaa ... ??? Haleluyah.

        YESUS IKUT MENGARAHKAN WILAYAH KERJAKU (18)

        • Sesudah peristiwa Trisakti, aku masih tetap bekerja di Jakarta. 
        • Tau-tau ada info dari Departemen Kehakiman RI untuk pengajuan wilayah kerja Notaris. Aku ikutan juga daftar ke sana.
        • Sebelum berangkat, so pasti doa dulu, nih ... supaya Yesus ikut campur tangan memilihkan wilayah kerja yang tepat buatku.
        • Tujuan utamaku, jelas kota Malang, donk ... Tapi pas, lihat daftar tunggunya ... hiiy, ngeri ... saking banyaknya jumlah pendaftar, tuh. Pilihan alternatif lainnya, ya ... Kecamatan Lawang ... dekat sama Kota Malang, udaranya sejuk dan ... bisa mondar-mandir pulang setiap harinya. Asyik ... 
        • Cuma, pas petugasnya menyebut Kecamatan Krian ... lah, kok, jadi pilihan alternatif juga, ya ... ??? Aku betul-betul gak tau. Padahal cuma beberapa kali aku lewat sana, berhubung dulu ada saudaraku yang pernah kerja di pabrik kertas di daerah sana.
        • Akhirnya, toh, aku harus memilih juga buat dituliskan dalam permohonan wilayah kerjaku.
        • Aku sudah siap-siap menuliskan kecamatan Lawang, waktu aku mendengar suara dari hati nuraniku yang memberiku pilihan ... mau bikin akta atau mau dingin-dinginan ... ???
        • Yesus ... aku langsung protes waktu itu. Krian jauh dari Malang, loh ... udaranya panas dan terutama lagi, aku gak punya siapa-siapa di sana. Tapi lagi-lagi suara itu kembali terdengar ... mau bikin akta atau mau dingin-dinginan ... ???
        • Waduuhh ... lemas banget rasanya. Cuma'kan tugasnya notaris memang bikin akta, ya dan aku juga belum jadi lansia yang hobbynya menikmati hari tua di tempat berhawa sejuk. Akhirnya dengan setengah hati, aku menuliskan Kecamatan Krian sebagai pilihan wilayah kerjaku, cuma satu-satunya pula. Huk ... huk ... huk ...